Kamis, 05 Mei 2016

Bubur Ayam Bang Dudung




Salah satu kuliner yang menjadi jujugan banyak orang di tengah malam sampai dini hari di kota Surabaya adalah Bubur Ayam Bang Dudung yang terletak di Jalan Kedungdoro, Surabaya. Kendati baru buka pukul 00.00, nyatanya tak mengurangi minat pembeli. Yang datang pun tidak hanya mereka yang habis hang out menikmati suasana Surabaya di malam hari, tapi juga mereka yang datang dari rumah masing-masing, sengaja ingin menikmati semangkuk bubur Bang Dudung. Padahal, lokasi dan bentuk gerobak Bang Dudung sangat sederhana. Gerobak bubur mangkal di depan gedung bank, sementara pembeli disediakan beberapa meja dan kursi di teras toko yang sudah tutup.
Karena jumlah meja-kursi kerap tak sepadan dengan peminatnya, sebagian besar pembeli rela melahap bubur sambil lesehan di bahu jalan atau di dalam mobil masing-masing. Para pembeli senang menikmati bubur Bang Dudung karena rasanya yang lezat. Selain lezat, antrenya yang desak-desakan juga memberi sensasi tersendiri.




Si empunya gerobak bubur, Pak Dudung, sebenarnya sudah meninggal tahun 2013 lalu. Kini usaha ini dilanjutkan oleh Dani, putra Dudung. Pak Dudung mendirikan usaha ini sejak tahun 2000-an. Dani sendiri baru ikut membantu sang ayah berjualan di tahun 2010. Sebelumnya, ia memiliki usaha las pagar rumah di Bogor, Jawa Barat. Barulah di tahun 2010, Dani diajari langsung oleh ayahnya bagaimana membuat bubur ayam yang enak.
Rasa bubur buatan Dudung memang berbeda dengan bubur ayam pada umumnya di Surabaya, karena Dudung membuat buburnya khas Ciamis, tanah kelahirannya. Ada beberapa resep rahasia yang berbeda. Setelah Dudung meninggal, Dani mengaku sempat menitipkan jualan kepada orang kepercayaannya. Tapi ternyata malah membuat penjualan menurun. Penyebabnya, bubur yang tak habis dijual hari ini seringkali dijual kembali esok harinya. Setelah Dani mengambil alih, ia pun membuat aturan, bubur yang tidak habis harus dibuang, jadi adonan harus baru tiap hari. Sejak itu omzetnya pun kembali naik.
Selain enak, bubur Pak Dudung juga dihargai relatif terjangkau, hanya Rp 10.000 saja. Untuk bubur istimewa dengan telur dan ampela, harganya Rp 13.000. Di hari-hari biasa, Dani biasa menghabiskan sekitar 10 kilogram beras dan 250 butir telur. Namun jika akhir pekan atau di hari libur, bisa mencapai 15 kilogram beras dan 300 butir telur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar